Pendakian Gunung Semeru, yang terletak antara Kabupaten Lumajang dan Malang di Jawa Timur, saat ini dinyatakan ditutup total. Penutupan ini dilakukan menyusul terjadinya erupsi pada tanggal 19 November, yang mengkhawatirkan keselamatan pendaki dan tim penyelamat yang berada di area tersebut.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Rudijanta Tjahja Nugraha, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil berdasarkan rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Radius bahaya telah ditetapkan sejauh 8 kilometer dari puncak dan 20 kilometer ke arah selatan-tenggara dari puncak gunung.
Menurut Rudijanta, aktivitas pendakian ke Gunung Semeru dan Ranu Kumbolo resmi DITUTUP sampai ada pengumuman lebih lanjut yang menyatakan bahwa kondisi telah aman. Informasi ini dikeluarkan untuk melindungi keselamatan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pendakian.
Pentingnya Mematuhi Kebijakan Keamanan Pendakian di Gunung Semeru
Pihak berwenang sangat mengharapkan agar semua pendaki mematuhi larangan ini demi keselamatan mereka sendiri. Dengan meningkatnya aktivitas gunung, risiko yang dihadapi oleh pendaki sangatlah tinggi, termasuk kemungkinan terjadinya letusan susulan atau longsor. Keberadaan tim penyelamat juga sangat bergantung pada situasi cuaca dan kondisi medan yang sering kali berbahaya.
Sementara itu, pihak berwenang telah menginformasikan bahwa bagi pendaki yang telah membeli tiket secara online, mereka dapat melakukan reschedule atau mengubah jadwal pendakian. Prosedur reschedule akan diinformasikan lebih lanjut, sehingga pendaki tidak kehilangan kesempatan untuk menjajal tantangan alam ini di lain waktu.
Bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, terutama di saat-saat kritis seperti ini, sangat diperlukan. Pendaki yang terjebak dapat menyaksikan betapa pentingnya kerja sama antar berbagai lembaga dan relawan dalam menjaga keamanan di area pendakian ini.
Status Pendaki yang Terjebak dan Upaya Evakuasi
Sejumlah 178 orang dilaporkan masih terjebak di sekitar Ranu Kumbolo. Mereka terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari pendaki, petugas, penyelamat, hingga porter. Upaya untuk mengeluarkan mereka terkendala oleh fakta bahwa kondisi jalur sangat berisiko di malam hari, terutama setelah terjadinya hujan yang membuat tanah menjadi licin.
Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Septi Eka Wardhani, melaporkan bahwa jumlah orang yang berada di Ranu Kumbolo hingga saat ini berjumlah cukup banyak. Kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan evakuasi malam ini sangat disayangkan, tetapi keselamatan harus menjadi prioritas utama.
Informasi terakhir dari pihak terkait menyatakan bahwa evakuasi tidak disarankan pada malam hari, terutama mengingat banyaknya faktor risiko. Pendaki diharapkan tetap berada di posisinya sementara menunggu situasi lebih aman untuk turun.
Risiko Lingkungan dan Anjuran untuk Pendaki di Masa Mendatang
Dalam situasi seperti ini, penting bagi semua pendaki untuk memahami risiko yang berkaitan dengan aktivitas mendaki. Potensi bahaya yang mungkin terjadi, seperti tanah longsor dan erupsi tambahan, selalu mengintai terutama di gunung-gunung aktif seperti Semeru. Oleh karena itu, pendidikan dan kesadaran menjadi kunci untuk mengurangi potensi risiko.
Pihak berwenang juga berkomitmen untuk terus memberikan informasi terkini tentang status gunung dan kondisi pendakian. Melalui saluran informasi yang jelas, diharapkan para pendaki dapat membuat keputusan yang tepat mengenai waktu dan metode pendakian mereka di masa depan.
Kelengkapan peralatan dan pemahaman tentang jalur pendakian juga sangat penting. Para pendaki disarankan untuk selalu membawa peralatan keselamatan dan mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh pihak berwenang, terutama saat mendaki dalam kondisi cuaca yang tidak menentu.




