Gedung lama Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, baru-baru ini menjadi sorotan setelah dilaporkan mengalami kemiringan. Kejadian ini dipicu oleh ambruknya salah satu gedung baru yang sedang dalam proses pembangunan, namun kini dipastikan bahwa gedung lama tersebut aman dan tidak mengalami kerusakan serius.
Hal ini dikonfirmasi oleh Mujdi Irmawan, Ahli Struktur Bangunan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Setelah melakukan investigasi, timnya berhasil membongkar kolom beton yang menyebabkan kemiringan pada gedung lama, sehingga stabilitas bangunan bisa dipulihkan.
Mujdi menjelaskan bahwa kerusakan yang terlihat pada gedung lama tidak disebabkan oleh benturan baru, melainkan oleh retakan yang sudah ada sebelumnya. Dengan demikian, gedung lama tidak berada dalam bahaya pasca insiden tersebut, dan pihaknya bisa melanjutkan proses pembersihan dengan aman.
Evaluasi Menyeluruh Pasca Insiden Ambruknya Gedung Baru
Mujdi Irmawan menyatakan bahwa dalam proses penanganan darurat, pihaknya menambah penyangga pada bangunan yang roboh guna mengurangi potensi dampak pada gedung lama. Meskipun demikian, gedung klasik itu sendiri tidak memerlukan penyangga tambahan.
Selama tahapan evakuasi dan pembersihan berlangsung, bangunan lama tetap terjaga stabilitasnya. Mujdi memberikan apresiasi kepada tim Basarnas dan BPBD yang telah bekerja sigap dalam mengoordinasikan pada tahap-tahap kritis. “Kami semua bersykur, tidak ada masalah dalam evakuasi,” ujarnya.
Kondisi bangunan lama saat ini telah dievaluasi, dan Mujdi menegaskan bahwa keamanan gedung sudah terjamin. Namun, dia menekankan perlunya reviews yang lebih menyeluruh setelah seluruh proses penanganan pascakejadian tuntas. “Evaluasi lebih mendalam akan dilakukan setelah situasi ini berakhir,” tambahnya.
Kondisi Korban dan Tindakan Evakuasi
Kejadian ambruknya gedung baru ini terjadi pada sore hari, saat ratusan santri sedang melaksanakan salat Asar berjemaah. Sampai dengan hari ke sembilan setelah kejadian, Basarnas berhasil mencatat total 171 orang sebagai korban, dengan rincian 104 orang selamat dan 67 meninggal dunia, termasuk delapan bagian tubuh.
Tindakan evakuasi berlangsung cepat dan terorganisir. Pihak Basarnas dan tim relawan dari BPBD bekerja sama untuk memastikan setiap santri dan orang yang berada di lokasi kejadian mendapatkan perhatian yang dibutuhkan. Mujdi mengungkapkan rasa syukur atas kinerja tim yang dianggap sangat efektif.
“Proses evakuasi berjalan lancar, dan kami sangat puas dengan respon yang cepat. Semua langkah dilakukan dengan pertimbangan yang matang untuk menghindari adanya korban tambahan,” ujarnya. Meskipun banyak yang menghuni gedung saat kejadian, koordinasi yang baik membantu mengurangi risiko yang lebih besar.
Pembangunan Kembali dan Rencana Konservasi Gedung Lama
Dengan selesainya proses evakuasi, perhatian kini beralih pada rencana untuk pembangunan kembali gedung yang ambruk dan strategi konservasi untuk gedung lama. Pihak pesantren dan ahli bangunan sedang merancang langkah-langkah konkret untuk mencegah insiden serupa di masa depan.
Langkah-langkah ini termasuk pemeriksaan menyeluruh terhadap semua struktur bangunan yang ada, serta penerapan standar keamanan yang lebih ketat dalam proses pembangunan. “Kami tidak ingin kejadian ini terulang, dan kami akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menjaga keselamatan santri,” jelas Mujdi.
Selain itu, pihak pesantren berkomitmen untuk memberikan transparansi kepada publik mengenai proses dan rencana restorasi. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dan orang tua santri terhadap keamanan fasilitas pendidikan. Dengan diadakannya evaluasi dan rencana tindak lanjut, diharapkan situasi ini bisa ditangani dengan lebih baik.