Viralnya sebuah insiden di dunia pendidikan kembali mengejutkan masyarakat. Seorang ibu bernama Erna berjuang untuk keadilan bagi anaknya, Fatiyah, yang diduga menjadi korban penganiayaan di sekolah. Kejadian tersebut memunculkan berbagai pertanyaan tentang keamanan dan kesejahteraan anak-anak di lingkungan belajar mereka.
Fatiyah, seorang siswa SD, pulang dengan mata yang merah dan lebam, sebuah kondisi yang mencolok dan sangat menyedihkan. Ibu Erna, saat menjemput anaknya pada 27 Oktober 2025, merasa sangat terkejut melihat kondisi Fatiyah yang tampak parah.
Erna tidak hanya merasakan kesedihan, tetapi juga kemarahan dan kebingungan. Dia berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada anaknya di sekolah, namun mendapatkan jawaban yang tidak memuaskan dari para guru.
Menemukan Keberanian dalam Kesedihan dan Kebingungan
Ketika Erna menanyakan kepada guru di kelas, jawaban yang diterima sangat mengecewakan. Beberapa guru mengaku tidak tahu, sementara yang lain menuduh bahwa luka tersebut mungkin disebabkan oleh efek penggunaan handphone. Ini adalah respons yang sangat meragukan bagi Erna.
Fatiyah, kata Erna, jarang sekali bermain dengan handphone, jadi alasan tersebut terasa tidak masuk akal. Erna percaya bahwa lebam di mata Fatiyah adalah hasil dari pukulan atau benda tumpul yang digunakan secara sengaja.
Perasaan Erna dalam situasi ini cukup kompleks. Di satu sisi, dia merasakan sakit yang mendalam melihat kondisi anaknya, di sisi lain, dia mendorong dirinya untuk mencari kebenaran dan keadilan. Ia tidak ingin masalah ini terabaikan begitu saja.
Reaksi Masyarakat dan Dukungan untuk Keadilan
Kisah Erna dan Fatiyah menjadi viral di media sosial, menimbulkan banyak reaksi dari pengguna internet. Banyak yang berempati dan mengadvokasi agar tindakan tegas diambil terhadap pelaku penganiayaan ini. Masyarakat berharap tidak ada lagi anak yang mengalami hal serupa di masa depan.
Beberapa netizen mulai menyebarluaskan hashtag untuk mendukung Fatiyah, mendorong orang tua lain untuk lebih sadar akan keamanan anak-anak di sekolah. Soliditas dan dukungan dari masyarakat sangat penting dalam kasus ini.
Sebagai bagian dari tanggapan terhadap insiden ini, banyak yang menyerukan perlunya peningkatan sistem keamanan di sekolah-sekolah. Harapan ini termasuk peninjauan kebijakan tentang perlindungan anak agar insiden semacam ini dapat dicegah di masa mendatang.
Perlunya Tindakan Konkrit untuk Melindungi Anak-anak
Dalam situasi seperti ini, penting bagi pihak sekolah untuk mengambil langkah-langkah dan melakukan investigasi yang mendalam. Kejadian seperti ini tidak boleh dianggap remeh dan harus disikapi dengan serius oleh semua stakeholder terkait, termasuk orang tua dan pemerintah.
Erna berharap agar pihak berwenang memperhatikan kasus ini dan memberikan pertolongan yang diperlukan untuk Fatiyah. Ia ingin agar anak-anak lain di sekolah tersebut tidak mengalami perlakuan yang sama seperti anaknya.
Ke depan, meningkatkan pelatihan bagi guru dan staf sekolah mengenai kesehatan mental dan fisik anak adalah langkah yang sangat diperlukan. Pihak sekolah harus memastikan bahwa lingkungan belajar menjadi tempat yang aman bagi semua siswa.
Membangun Lingkungan Sekolah yang Aman dan Bersahabat
Keamanan anak di sekolah adalah tanggung jawab bersama. Pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat harus bersinergi untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi perkembangan anak-anak. Hal ini harus menjadi prioritas utama dalam pendidikan.
Pendidikan bukan hanya tentang akademis, tetapi juga tentang menciptakan suasana yang kondusif bagi pertumbuhan dan kebahagiaan anak. Kasus seperti Fatiyah menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan ini.
Di samping itu, transparansi dalam komunikasi antara guru, orang tua, dan anak harus ditingkatkan. Penguatan hubungan ini akan membantu meminimalkan risiko kejadian serupa terulang di masa mendatang.




