loading…
Konferensi Internasional CODHES 2025 mengambil tema Sustainability in the Digital Age: Rethinking Humanities, Digitalization, and the Environment. Foto/BINUS.
Konferensi bertema “Sustainability in the Digital Age: Rethinking Humanities, Digitalization, and the Environment” ini berlangsung selama dua hari di Auditorium BINUS @Kemanggisan Anggrek Kampus, Jakarta.
Baca juga: CDE Binus University Hadirkan Kolaborasi Bahasa, Seni, dan Budaya di CultureVerse 2025
Kegiatan ini mempertemukan akademisi, peneliti, dan praktisi dari Indonesia, Taiwan, Belanda, dan Amerika Serikat untuk membahas kontribusi digital humanities dalam menghadapi tantangan lingkungan global. Konferensi ini juga menyoroti pentingnya kemajuan teknologi yang berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan serta inovasi berkelanjutan dan etis.
Salah satu sorotan utama dalam pembukaan adalah kehadiran perwakilan resmi dari Taipei Economic and Trade Office (TETO) yang didelegasikan oleh H.E. Bruce Chen-jung Hung, sebagai bentuk dukungan kuat Taiwan terhadap kolaborasi akademik ini.
Ketua CODHES 2025, Dr. Jureynolds, menegaskan bahwa konferensi ini menjadi wadah penting bagi BINUS University dalam memperkuat dialog akademik global dan memperluas jejaring penelitian.
“Kerja sama akademik seperti CODHES menunjukkan bagaimana berbagi pengetahuan dapat memberdayakan masyarakat untuk menghadapi tantangan global bersama. Taiwan dengan bangga mendukung inisiatif ini yang menghubungkan inovasi, keberlanjutan, dan pendidikan,” ujarnya.
Konferensi internasional ini bukan hanya sebuah forum akademik, tetapi juga sebuah jembatan untuk membangun koneksi dan jaringan antara berbagai institusi pendidikan di seluruh dunia. Dalam konteks perubahan iklim dan tantangan lingkungan yang makin mendesak, pertemuan ini menjadi sangat penting. Diskusi tentang digital humanities serta keterkaitannya dengan keberlanjutan menawarkan wawasan baru bagi para peserta.
Melalui CODHES 2025, banyak ide dan inovasi praktis yang muncul, menawarkan berbagai perspektif untuk memecahkan masalah lingkungan. Keterlibatan banyak pihak dari berbagai negara menunjukkan bahwa kolaborasi internasional adalah kunci untuk menciptakan solusi yang efektif dan berkelanjutan. Dalam hal ini, teknologi digital dapat menjadi alat yang kuat untuk memfasilitasi perubahan positif.
Peran Digital Humanities dalam Keberlanjutan Lingkungan
Digital humanities merujuk pada penggabungan analisis humanis dengan teknologi digital. Dimensi baru ini membuka berbagai kemungkinan bagi penelitian, pendidikan, dan pelestarian budaya. Di era digital, penggunaan teknologi dalam penelitian humaniora dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan meningkatkan pemahaman terhadap konteks budaya dan sosial.
Dalam perspektif keberlanjutan, digital humanities juga memberikan peluang untuk mengidentifikasi dan menganalisis data lingkungan dengan cara yang lebih efektif. Melalui analisis besar dan visualisasi data, peneliti dapat mengeksplorasi trend serta pola dalam masalah lingkungan yang kompleks. Ini membantu dalam merumuskan solusi yang lebih tepat dan berbasis bukti.
Konferensi ini juga menjadi platform untuk menunjukkan bagaimana teknologi digital dapat digunakan untuk menyebarkan kesadaran akan isu-isu lingkungan. Dengan menggunakan berbagai media digital, termasuk aplikasi dan platform online, pesan penting tentang keberlanjutan dapat disebarluaskan secara lebih luas. Ini dapat membantu membangun kesadaran di kalangan masyarakat untuk mengambil tindakan yang diperlukan.
Kontribusi Taiwan dalam Inisiatif Ini
Kehadiran perwakilan dari Taiwan menandakan komitmen yang kuat terhadap kolaborasi internasional di bidang akademik. Taiwan memiliki banyak inisiatif yang berfokus pada inovasi dan penelitian, terutama dalam bidang teknologi. Dukungan Taiwan dalam konferensi ini menunjukkan pentingnya kerja sama lintas negara untuk mencapai tujuan bersama dalam keberlanjutan.
Selain itu, Taiwan telah memiliki beberapa proyek penelitian yang berkaitan dengan digital humanities yang dapat menjadi contoh bagi negara lain. Dengan pengalaman dan sumber daya yang dimiliki, Taiwan berupaya untuk mengajak lebih banyak negara terlibat dalam diskusi global mengenai keberlanjutan dan teknologi.
Salah satu fokus Taiwan adalah menciptakan platform yang memungkinkan kolaborasi antara peneliti dan praktisi di berbagai bidang. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi penelitian, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan sosio-ekonomi di kawasan tersebut. Taiwan bertransformasi menjadi penghubung antara teknologi dan humaniora, memberikan perspektif baru dalam penelitian berkelanjutan.
Pentingnya Kolaborasi dalam Menghadapi Tantangan Global
Tantangan lingkungan global tidak bisa dihadapi sendirian. Diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk akademisi, pemerintah, dan masyarakat. Melalui kolaborasi, berbagai perspektif dapat digabungkan, menciptakan solusi yang lebih inovatif dan komprehensif. Ini juga membantu dalam mengoptimalkan sumber daya yang ada secara lebih efisien.
Konferensi CODHES 2025 menciptakan ruang bagi para pemangku kepentingan untuk berbagi pengalaman dan pemikiran mereka. Interaksi antar peserta memudahkan pengembangan ide dan kolaborasi lebih lanjut dalam proyek-proyek nyata. Dalam jangka pendek maupun panjang, kolaborasi ini dapat menghasilkan dampak yang signifikan bagi masyarakat.
Pada akhirnya, kegiatan seperti CODHES memberikan landasan bagi masyarakat akademik untuk terus melanjutkan penelitian dan inovasi yang berorientasi pada keberlanjutan. Diskusi yang muncul dalam acara ini diharapkan tidak hanya berakhir di ruang konferensi, tetapi berlanjut dalam bentuk aksi nyata yang dapat berdampak bagi lingkungan dan masyarakat luas.




