Satu jenazah baru ditemukan setelah tragedi ambruknya gedung Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, pada Sabtu siang, sehingga jumlah korban tewas kini menjadi 15 orang. Kasus ini memperlihatkan betapa pentingnya keselamatan dalam lingkungan pendidikan, terutama saat infrastruktur tidak memadai.
Proses evakuasi menjadi sangat serius, dengan tim SAR yang terus berupaya mencari korban yang mungkin masih terjebak. Diharapkan, penggalian informasi dan penyelamatan dapat dilakukan dengan cepat untuk meminimalkan jumlah korban.
Tragedi ini terjadi pada Senin sore ketika gedung tiga lantai tersebut ambruk, saat ratusan santri melaksanakan Salat Ashar secara berjemaah. Kejadian ini menimbulkan banyak pertanyaan mengenai kondisi gedung yang sedang dalam tahap pembangunan.
Kronologi Tragedi Ambruknya Gedung Pondok Pesantren di Sidoarjo
Menurut keterangan resmi, gedung yang ambruk tersebut adalah bagian dari asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny, yang sedang dalam proses penyelesaian. Jenazah yang baru saja ditemukan merupakan bagian dari upaya tim pencari untuk menyelesaikan misi mereka di lokasi kejadian.
Setelah ambruk, tim SAR gabungan dikerahkan untuk mencari dan mengevakuasi para korban. Upaya tersebut membutuhkan koordinasi yang baik antara berbagai instansi untuk memastikan semua aspek keselamatan diperhatikan.
Sejak tragedi terjadi, penduduk setempat dan keluarga korban bersatu dalam doa dan solidaritas. Hal ini menciptakan rasa kemanusiaan yang kuat di tengah kesedihan yang melanda.
Pihak berwenang mengungkapkan bahwa proses evakuasi dan pembersihan puing berlangsung dengan cermat. Fokus pembersihan diarahkan pada bagian utara gedung yang tidak terkait dengan struktural utama.
Jumlah Korban dan Proses Identifikasi yang Berlangsung
Saat ini, tim SAR telah menemukan 119 korban, dengan 104 di antaranya dalam kondisi selamat. Namun, rasa duka yang dalam menyelimuti para keluarga korban yang telah kehilangan orang tersayang.
Proses identifikasi para korban sedang dilakukan di RS Bhayangkara Surabaya oleh pihak DVI Polda Jatim. Hal ini penting untuk memastikan keluarga mendapatkan informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai anggota keluarga mereka.
Korban yang selamat juga diberikan perawatan dan dukungan psikologis untuk membantu mereka pulih dari pengalaman yang menakutkan. Pemulihan mental dan fisik merupakan bagian penting dari proses pemulihan pasca-tragedi.
Keberadaan korban yang belum ditemukan, yakni 48 orang, menjadi perhatian utama bagi tim penyelamat. Setiap detik sangat berharga dalam situasi seperti ini, di mana harapan dan kecemasan berdampingan.
Respons Komunitas dan Rencana Tindak Lanjut
Setelah kejadian, komunitas sekitar menunjukkan dukungan penuh terhadap keluarga korban dengan menyelenggarakan kegiatan doa bersama. Ini menjadi momen refleksi untuk semua yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung.
Pihak pondok pesantren juga berencana untuk melakukan evaluasi menyeluruh mengenai kondisi bangunan lain yang ada di wilayah tersebut. Kejadian ini harus menjadi pelajaran agar tidak terulang di masa mendatang.
Selain itu, pihak berwenang akan melakukan penyelidikan menyeluruh tentang penyebab ambruknya gedung. Ini penting untuk menghindari berulangnya insiden serupa di kemudian hari.
Koordinasi antara pihak pendidikan dan pemerintah daerah juga sangat penting dalam hal ini. Semua elemen harus bekerja sama demi memastikan infrastruktur yang aman bagi para santri.