Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana mengungkapkan berbagai langkah yang akan diambil untuk mengevaluasi dan memperbaiki program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Indonesia. Langkah ini diambil menyusul meningkatnya kasus keracunan makanan yang terkait dengan program tersebut, yang telah menjadi perhatian banyak pihak dalam beberapa waktu terakhir.
Sebagai langkah pertama, Dadan menginstruksikan untuk mengurangi jumlah penerima manfaat di setiap Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Hal ini bertujuan untuk memastikan kualitas makanan yang disediakan, agar dapat mencegah keracunan yang lebih luas.
Dalam upaya penanganan keracunan makanan, Dadan juga menyebut pelaksanaan rapid test terhadap bahan makanan akan dilakukan. Ini berguna untuk memastikan bahwa bahan baku yang digunakan aman sebelum dikonsumsi masyarakat.
Strategi Pemerintah untuk Menghadapi Kasus Keracunan Pangan
Dadan mengungkapkan bahwa salah satu penyebab utama keracunan makanan adalah penggunaan air yang tidak layak. Oleh karena itu, seluruh SPPG diinstruksikan untuk menggunakan air yang sudah bersertifikat dalam proses memasak. Ini demi menjaga kualitas dan keamanan makanan yang disediakan kepada penerima manfaat.
Tidak hanya itu, Dadan juga menyarankan penyediaan alat sterilisasi untuk untuk menjaga kebersihan saat menyajikan makanan. Dengan langkah-langkah preventif ini, diharapkan angka keracunan akibat MBG dapat ditekan secara signifikan.
Statistik menunjukkan bahwa 46 persen kasus keracunan makanan di Indonesia datang dari program MBG, sedangkan sisanya berasal dari sumber lain. Ini menandakan bahwa meskipun ada masalah, masih banyak faktor lain yang perlu dievaluasi dalam keamanan pangan.
Pentingnya Kesadaran dan Evaluasi pada Program Makan Bergizi
Kasus keracunan yang terjadi, termasuk insiden di Cipatat, Bandung Barat, menunjukkan tidak semua keracunan melibatkan MBG. Dadan menyatakan pentingnya klarifikasi agar tidak terjadi stigma negatif terhadap program yang bertujuan menyediakan gizi bagi masyarakat.
Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur DI Yogyakarta, juga mengomentari beban tugas SPPG yang memproduksi ribuan porsi makanan. Ia berargumen bahwa tugas masak dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko keracunan, yang menjadi perhatian penting untuk dievaluasi lebih lanjut.
Evaluasi semacam itu perlu dilakukan agar ke depan, setiap SPPG dapat dibagi menjadi unit yang lebih kecil, dengan jumlah porsi yang dikelola juga lebih sedikit. Hal ini dipandang lebih logis dan efisien dalam menghindari masalah keracunan pangan.
Program Makan Bergizi: Harapan dan Tantangan ke Depan
Program MBG merupakan salah satu janji kampanye pemerintah untuk meningkatkan status gizi masyarakat. Dengan jumlah penerima nyaris mencapai 36,2 juta, program ini telah berhasil mendistribusikan lebih dari 1,4 miliar porsi makanan.
Meskipun angka keracunan teridentifikasi mencapai sekitar 8 ribu kasus, hal ini menunjukkan bahwa masih ada pekerjaan besar yang harus dilakukan untuk memastikan kualitas program. Prabowo Subianto, selaku Menteri Pertahanan, mengakui bahwa pelaksanaan program ini tidak sempurna dan perlu perbaikan.
Namun, pihak pemerintah berkomitmen untuk terus melakukan yang terbaik. Perbaikan dan evaluasi terus menerus diperlukan untuk mempertahankan keberlangsungan dan keamanan di setiap tahap program, terutama dalam memastikan makanan yang disuplai aman untuk dikonsumsi.