Ahli gizi masyarakat, dr. Tan Shot Yen, M.Hum, mengungkapkan sejumlah penyebab keracunan makanan yang mengejutkan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang baru-baru ini menimpa siswa di berbagai daerah. Menurutnya, kontaminasi seringkali terjadi akibat pengolahan yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, khususnya pada tahap Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP).
dr. Tan menekankan bahwa ada lima tahap penting di mana makanan dapat terkontaminasi, dan jika tidak diawasi secara baik, risiko keracunan semakin tinggi. Dalam penjelasannya, ia memberikan contoh konkret untuk masing-masing tahapan agar lebih memahami potensi bahaya yang ada.
Pentuan pertama yang ia soroti adalah tahap pembelian bahan pangan. Ia menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bahan yang tidak layak konsumsi dalam menu MBG, yang menunjukkan proses pembelian yang buruk.
Tahap Pembelian Bahan Pangan yang Harus Diperhatikan
Dalam tahap awal ini, dr. Tan menjelaskan pentingnya memastikan kualitas bahan pangan yang dibeli. Misalnya, penemuan jeruk berulat dalam menu MBG adalah indikator bahwa bahan tersebut tidak segar dan tidak cocok untuk dikonsumsi.
“Jika jeruk sudah berulat, berarti memang sudah tidak layak untuk dibeli,” ungkap dr. Tan. Melakukan pemeriksaan kualitas bahan pangan saat pembelian sangat penting, karena hal ini menjadi fondasi dari menu yang sehat.
Beliau juga menekankan bahwa pengecekan sebelum membeli dapat mencegah penjualan bahan yang cacat. Ini adalah titik awal yang krusial dalam mencegah keracunan yang bisa terjadi di kemudian hari.
Pentingnya Sistem Penyimpanan yang Benar
Tahap kedua yang ditekankan adalah penyimpanan bahan pangan. dr. Tan mengingatkan bahwa setiap jenis bahan makanan memerlukan cara penyimpanan yang tepat. Misalnya, telur dan daging ayam membutuhkan perlakuan berbeda untuk menjaga kesegarannya.
“Cara menyimpan telur tidak sama dengan daging ayam, dan ini sangat penting untuk mencegah pembusukan,” jelasnya. Penyimpanan yang tidak tepat dapat membuat makanan cepat rusak atau terkontaminasi oleh bakteri.
Oleh karena itu, perlu ada pengaturan suhu yang baik di tempat penyimpanan. Kulkas yang tidak berfungsi optimal pun dapat menjadi penyebab penyimpangan dalam kualitas makanan.
Proses Pengolahan yang Harus Mematuhi Standar
Selanjutnya, tahap ketiga adalah pengolahan bahan makanan. Menurut dr. Tan, banyak dapur yang masih menggunakan bahan yang sudah melewati masa kedaluwarsa dalam proses memasak. Hal ini tentu saja menambah risiko keracunan makanan.
Setelah pengolahan, kontaminasi juga dapat meningkat saat makanan dikemas dan didistribusikan ke sekolah-sekolah. Oleh karena itu, kontrol yang ketat diperlukan selama proses ini agar keamanan pangan tetap terjamin.
Lebih lanjut beliau menekankan bahwa suhu antara 5 hingga 60 derajat Celsius adalah zona kritis bagi perkembangan bakteri. “Penggunaan pemanas tidak hanya bertujuan agar makanan enak dan hangat, tetapi juga untuk mencegah suhu turun di bawah yang seharusnya,” tegas dr. Tan.
Risiko Kontaminasi Selama Pengiriman Makanan
Tahap keempat meliputi pengiriman makanan ke destinasi. dr. Tan mengungkapkan bahwa pengawasan saat pengiriman sangat penting untuk memastikan makanan tetap dalam kondisi yang baik. Jika suhu makanan tidak terjaga, risiko kontaminasi meningkat dengan cepat.
Ia menjelaskan bahwa pengemasan yang tidak baik juga dapat memicu masalah serpihan dan kontaminasi silang. Oleh karena itu, setiap pihak yang terlibat dalam distribusi makanan harus memahami pentingnya menjaga standar kebersihan.
Kontrol selama pengiriman menjadi sangat penting untuk menjamin bahwa apa yang sampai di sekolah adalah makanan yang aman untuk dikonsumsi. Tanpa perhatian yang cukup pada tahap ini, semua upaya sebelumnya menjadi sia-sia.
Kesadaran Masyarakat Tentang Keamanan Pangan
Akhirnya, dr. Tan menekankan pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga keamanan pangan. Edukasi tentang keselamatan makanan harus diperluas, tidak hanya terbatas di kalangan penyedia makanan tetapi juga di kalangan masyarakat umum.
Pemberian informasi mengenai cara memeriksa kualitas bahan pangan sangat penting agar masyarakat bisa berkontribusi dalam mencegah keracunan. Dengan pengetahuan yang tepat, setiap individu dapat membantu mengurangi risiko timbulnya masalah kesehatan akibat makanan.
Dalam kesimpulannya, dr. Tan berharap agar semua tahapan penyediaan makanan, dari pembelian hingga pengiriman, dapat dilakukan dengan standar yang tinggi untuk melindungi kesehatan masyarakat, terutama anak-anak yang menjadi sasaran dari program ini.